Senin, 11 November 2013

Berharap Mungkin



Sebenarnya, aku bisa memberimu senyuman. Lalu menyapamu seharian. Tapi, cinta tidak begitu. Tidak perlu mencari perhatian. Setahuku, cinta memperhatikan meski dalam diam, merindu meski ditahan. 

Aku berharap kau tahu bahwa kadang, memilih untuk diam itu lebih baik, daripada harus mengubah banyak hal yang sebenarnya tidak perlu diubah.

Memilih untuk diam memendam rasa bukan berarti kamu pengecut, tapi, mungkin saja dengan memendam rasa kamu bisa menyelamatkan hubungan orang lain, mungkin saja kamu bisa tetap bersikap biasa saja ketika berada di dekatnya, mungkin saja dengan begitu tidak akan banyak orang yang tersenyum penuh arti ketika melihat kalian berdiri berdampingan, mungkin saja dengan begitu kamu akan tetap bahagia karena bisa melihatnya tertawa tanpa dia tahu bahwa kamu bahagia di dekatnya.

Memilih untuk diam memang kadang terasa seperti menyimpan mawar berduri dalam sakumu, menyakitkan tapi bisa membuatmu merasa memiliki sesuatu untuk diperjuangkan. 

Dan aku seperti wanita itu—bertahan dalam kata mungkin. Mencari harap dalam senja yang menguning. Dan, ketika aku melihat senja berganti gelap, aku tahu matamu tak pernah terjebak dalam warna mataku. Tak pernah bisa berbagi harap dengan rasaku. Tak pernah berbagi rindu dalam malamku.

Dan, sayangnya—walaupun aku tahu kemana ini mengarah—aku tetap saja melangkah menuju rumah berpintu hatimu. Rumahmu, tapi bukan rumahku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar