Kemarin aku
habis beli novel lagi, boros gila aku bulan ini. Novel lama sih sebenernya udah
pernah aku baca juga sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu (waktu aku masih lugu
hehehe) jadi waktu itu agak aneh aja baca novel yang aliran metropop gitu. Tapi
sekarang sih udah biasa banget baca yang kayak gini jadi nggak perlu kaget juga
dengan kata-kata witty yang
bertebaran di hampir seluruh halaman novel. Menyenangkan juga, lumayan bisa
bikin ketawa-ketawa sendiri.
You guys might wonder, what novel is it?
Novel itu adalah novel kedua karya Ika Natassa yang judulnya “Divortiare”. Yups, novel kedua kalian
gak salah baca itu novel kedua dan emang judulnya perceraian, aku bahkan belum
menikah, belum punya calon, belum punya pacar bahkan. Kenapa aku baru beli sekarang?
Karena kemarin abis beli Twivortiare 2 huehehehe, terus kangen aja sama cerita
awalan Beno dan Alexandra, gimana mereka dulu bencinya, gimana dulu mereka tiap
mau ketemu bawaannya berantem dan kayak mau saling bunuh. Terus di twivortiare
2 gimana mereka benar-benar madly in love
dan bisa menyelesaikan hal-hal yang mereka dulu anggap perusak hubungan
pernikahan mereka. And, I realize that
the greatest lessons we get is the one that comes from our experiences. Seneng
banget rasanya bisa melihat orang yang saling mencintai itu bisa bersama.
And only by reading that novel now I
understand what Helena said in Arrow “that kind of love doesn’t die”. Cinta
seperti itu tidak akan mati. Cinta yang entah seberapa besarpun kamu berusaha
untuk menjauhkannya dari hidupmu dia tidak pergi. Although, you are not in touch with the love of your live. Universe will make their own moves. Jika
takdir memang menentukan kalian bersama meskipun kalian telah berpisah, alam
semesta entah bagaimana pasti berkonspirasi untuk mendekatkan kalian. Now, I understand what is that girl said in
Melbourne when Max asked her “How long does it takes to get over someone?” she
said “Forever, sometimes it takes forever.” It is true. Love like that doesn’t
die, they’re just buried. Waiting in
the shadows, it’ll wait ‘til you
realize that it is still there. Breathing.
Living. It just needs a trigger or
two too make it popped.
Trigger itu kayak apa aja? It can be anything. Bisa lagu yang
tiba-tiba ngingetin kalian tentang one
particular person that used to mean something to you. Bisa lagi dijalan
terus lewat jalan yang pernah kalian lewatin berdua and all you can think about is “I used to drive with him and it’s nice
and now I’m alone”. Atau mungkin kalian lagi pulang terlalu malam dan harus
berhenti sholat magrib di salah satu masjid yang pernah kalian berdua gunakan
untuk sholat bareng, dia dulu di depan kalian jadi imam (bukannya aku yang alim
tapi dia yang lebih alim dari aku hehehe), and
now you’re on your own, berhenti sendiri diimami orang asing yang bahkan
kamu tidak tahu namanya. Do you guys
realize that diimami seseorang itu heartwarming
banget. Melihat dia berdoa dan setelah selesai dia balik badan dan senyum.
Tentram rasanya. Dan sekarang kalian sendiri, enak sih, all you have to think about is only yourself. Sayangnya, kadang
memori itu memang jahat banget. Mungkin benar lebih enak yang meninggalkan
daripada yang ditinggal. Karena, mungkin, yang meninggalkan tidak akan terpengaruh
dengan kenangan-kenangan itu. Dan benar kata Robin Wijaya bahwa kenangan adalah
senjata terbaik yang ia miliki untuk membuatmu jatuh lagi. Tapi kau juga tahu,
kan, Bin, perkara melupakan cinta tak pernah sesederhana jatuh cinta.
Jadi, bukan
salah Alexandra kalau dia jatuh lagi untuk Beno, bukan salah Alexandra untuk
membenci Beno karena dia benar orang yang bisa menyakitimu hanya orang yang kau
cintai, dia benar seironis itulah hidup. But,
you still can love and hate someone in the same time, right? Karena setipis
itulah batas antara cinta dan benci. When
you love someone too much, you’ll hate yourself for loving him. Dan kamu
melakukan itu karena kamu takut akan kehilangannya, takut akan tersakiti ketika
kamu kehilangannya. Karena kamu membenci dirimu yang telah membiarkan dirimu
memberikan semua control kebahagiaanmu kepadanya. But, loves will always find their way, right, Lex?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar