Judul: Critical Eleven
Penulis: Ika Natassa
Harga: 79.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Jumlah Halaman: 334
Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat -- tiga menit setelah take off dan depalan menit sebelum landing -- karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.
In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit
pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu
ada delapan menit sebelum berpisah -- delapan menit ketika senyum,
tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah
itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta - Sydney.
Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk
bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan
delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia mengingingkan Anya.
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada
suatu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan
yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting
dalam pertemuan pertama mereka.
Dicertiakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya
merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta ata benci kepada
karakter-karakternya, atau justru keduanya.
---------------------------
Critical Eleven. Novel ini adalah karya ketujuh Ika Natassa
setelah A Very Yuppy Wedding (AVYW), Divortiare, Underground, Antologi Rasa,
Twivortiare, Twivortiare 2. Dan diantara tujuh novel itu aku cuman belum baca
Twivortiare 2 (nggak kuat belinya) hehehe
Membaca novel ketujuh karya Ika Natassa ini rasanya beda
banget dari yang lain. Meskipun dengan atmosfer yang hampir sama dengan
novelnya yang lain, tapi di novelnya kali ini Ika sukses membikin cerita yang
lebih mendalam dan lebih mengaduk-aduk perasaan.
Di novelnya ini, Ika masih setia
mengangkat tema keluarga. Pasangan yang sudah menikah lebih tepatnya. Tapi,
buat yang nggak terlalu suka novel berbau pernikahan jangan khawatir, tenang
aja, Ika memang paling pinter bikin marriage itu terlihat seperti pacaran yang
menyenangkan bahkan bikin yang baca pengen cepet nikah hehehe
Dan di novel ini,
signature-signature khas Ika masih bertebaran di seluruh lembar novelnya. Gaya
bahasa Ika yang cablak tapi natural, nggak mendayu-dayu, nggak puitis dan real
banget seperti yang biasa kita gunakan kalo lagi ngomong sama orang bisa banget
dirasain di novel ini. Kalian juga masih bisa nemuin signature khas Ika seperti
percakapan dalam dua bahasa (Indonesia-Inggris) yang asik banget itu, dan merek-merek
fancy stuff yang nggak affordable.
Plotnya sukses banget bikin aku
senyum-senyum sendiri, terus mendesah sedih, bahkan sampai jerit-jerit saking
senengnya. Bisa bikin ngomong sendiri, like sumpah? Haaaaaah? Oh God…. And this
book can literally make you do that. Ngomong-omong soal plotnya, the main role (Ale
dan Anya), they met by incident. Meet by incident itu kayak yang di film-film
yang tabrakan nggak sengaja (ini paling sering), salah kirim pesenan, bahkan
duduk sebelahan kayak si Ale dan Anya ini. Tahu kenapa mereka dipertemukan
secara nggak sengaja? Karena mereka nggak mungkin ketemu sebenernya. Kayak
Pangeran Felipe dan Letizia Ortiz yang ketemu gara-gara tumpahan minyak. And I
think, it’s what they called a destiny. Jadi Ale dan Anya itu emang udah
takdirnya ketemu. Takdir yang merubah hidup mereka berdua selamanya.
Oh iya, awalnya kalian pasti
nggak ngerti sama ceritanya dan bikin kalian semangat membalik halaman demi
halaman novel ini, tapi ketika sudah 75% kalian pasti bakal bisa mendesah lega
karena semuanya jadi jelas.
Karakter Ale dan Anya di novel
ini, hampir sama dengan karakter Ika di novel sebelumnya, secara fisik. Ika
masih menghadirkan karakter-karakter super adorable, karakter yang pasti buat
cewek pengen dijadiin suami, siapa coba yang nggak pengen punya suami kayak
Ale, ganteng, mapan, agamanya bagus, sayang banget sama Anya, sama orang
tuanya, and so on and so on. Dan karakter yang bikin cowok pengen dijadiin
istri. Kaya Anya ini. Cewek-cewek yang walaupun high class tapi keibuan, sayang
sama keluarganya, dan cantiknya nggak ketulungan.
Sayangnya di ending pembaca harus
nentuin sendiri gimana jalan ceritanya. Atau mungkin sama Ika mau dibikin
sekuelnya kayak Twivortiare. Semoga aja sih iya hehehehe
After all, aku suka banget novel
ini. Tapi favoritku masih antologi rasa sih, ada Harris Risjad sih di Antologi
rasa hehe hehehe, soalnya yang satu ini agak
lebih serius padahal aku baca novel pengen buat hiburan
Q: Kenapa pengen beli buku ini?
A: Awalnya tertarik beli buku ini
karena ada nama Ika Natassa di covernya dan ada gift lucu gitu. Sedih gak dapet
giftnya. Tapi, tenang aja, cerintanya sama sekali nggak mengecewakan kok.
Q: Kenapa nggak dapet giftnya?
A: Ini ni jawaban kak Ika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar