Senin, 01 September 2014

Beno oh Beno



Kalau aku ditanya “Pengen punya suami kayak gimana?” Jawabanku suami yang kayak Beno.
Beno yang talk
less itu, yang tau kalau sentuhan fisik berbicara lebih banyak hal—permintaan maaf, cinta, kasih sayang, kekecewaan, kata yang tak terucap, semuanya—dibanding kata. Beno yang juga paham bahwa istri bukan sekadar pemuas nafsu.
Beno yang cemburuan dan nggak ada romantis-romantisnya, dan kalau disuruh romantis tetep aja mukanya lempeng, yang suka bikin makan ati dengan kelempengannya itu. Tapi justru kepolosannya itu yang bikin dia spesial dan orang yang nggak neko-neko kayak Beno itu yang susah dicari.
Beno yang menikah nggak cuman sama Alexandra tapi juga sama keluarga besar Alex.
Beno yang perhatian sama pasiennya dan tahu apa tujuannya dalam hidup, orang yang punya kepekaan luar biasa.
Beno yang selalu sabar jawab pertanyaan The Tantees “Kapan punya anak?”, Beno yang selalu jawab pengen pacaran dulu dan selalu menyakinkan Alex bahwa Tuhan tahu yang terbaik buat mereka, bahwa kapanpun Tuhan kasih anak ke mereka itu nggak masalah asal mereka bareng.
Beno yang bakal nunjukin gesture “she’s mine” ke setiap nasabah Alex yang mulai gatel sama istri tercintanya itu.
Beno yang datang ke rumah orang tua Alex bahkan setelah mereka cerai and still not in speaking terms hanya untuk minta restu ke orang tua Alex lagi karena Beno tahu ketika mereka cerai yang tersakiti nggak cuman Alex sama Beno tapi kedua orang tua mereka.
Beno yang tahan sama Alex ketika manja, marah, dan tukang belanja produk overpriced itu.
Beno yang nggak lagi butuh pengakuan orang-orang tentang siapa dirinya karena dia tahu benar siapa dirinya. Beno yang nggak butuh nongkrong dari party ke party hanya untuk mendapatkan pengakuan bahwa lingkungannya.
Beno yang selalu means what he said and said what he means.
Aku pengen yang kayak gitu. Bisa? Kapan Beno yang nyata lahir?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar