Minggu, 04 Oktober 2015

Critical Eleven by Ika Natassa


Judul: Critical Eleven
Penulis: Ika Natassa
Harga: 79.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Jumlah Halaman: 334








Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat -- tiga menit setelah take off dan depalan menit sebelum landing -- karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah -- delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan. 

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta - Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia mengingingkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada suatu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.

Dicertiakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta ata benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.
---------------------------
Critical Eleven. Novel ini adalah karya ketujuh Ika Natassa setelah A Very Yuppy Wedding (AVYW), Divortiare, Underground, Antologi Rasa, Twivortiare, Twivortiare 2. Dan diantara tujuh novel itu aku cuman belum baca Twivortiare 2 (nggak kuat belinya) hehehe
Membaca novel ketujuh karya Ika Natassa ini rasanya beda banget dari yang lain. Meskipun dengan atmosfer yang hampir sama dengan novelnya yang lain, tapi di novelnya kali ini Ika sukses membikin cerita yang lebih mendalam dan lebih mengaduk-aduk perasaan.
Di novelnya ini, Ika masih setia mengangkat tema keluarga. Pasangan yang sudah menikah lebih tepatnya. Tapi, buat yang nggak terlalu suka novel berbau pernikahan jangan khawatir, tenang aja, Ika memang paling pinter bikin marriage itu terlihat seperti pacaran yang menyenangkan bahkan bikin yang baca pengen cepet nikah hehehe
Dan di novel ini, signature-signature khas Ika masih bertebaran di seluruh lembar novelnya. Gaya bahasa Ika yang cablak tapi natural, nggak mendayu-dayu, nggak puitis dan real banget seperti yang biasa kita gunakan kalo lagi ngomong sama orang bisa banget dirasain di novel ini. Kalian juga masih bisa nemuin signature khas Ika seperti percakapan dalam dua bahasa (Indonesia-Inggris) yang asik banget itu, dan merek-merek fancy stuff yang nggak affordable.
Plotnya sukses banget bikin aku senyum-senyum sendiri, terus mendesah sedih, bahkan sampai jerit-jerit saking senengnya. Bisa bikin ngomong sendiri, like sumpah? Haaaaaah? Oh God…. And this book can literally make you do that. Ngomong-omong soal plotnya, the main role (Ale dan Anya), they met by incident. Meet by incident itu kayak yang di film-film yang tabrakan nggak sengaja (ini paling sering), salah kirim pesenan, bahkan duduk sebelahan kayak si Ale dan Anya ini. Tahu kenapa mereka dipertemukan secara nggak sengaja? Karena mereka nggak mungkin ketemu sebenernya. Kayak Pangeran Felipe dan Letizia Ortiz yang ketemu gara-gara tumpahan minyak. And I think, it’s what they called a destiny. Jadi Ale dan Anya itu emang udah takdirnya ketemu. Takdir yang merubah hidup mereka berdua selamanya.
Oh iya, awalnya kalian pasti nggak ngerti sama ceritanya dan bikin kalian semangat membalik halaman demi halaman novel ini, tapi ketika sudah 75% kalian pasti bakal bisa mendesah lega karena semuanya jadi jelas.
Karakter Ale dan Anya di novel ini, hampir sama dengan karakter Ika di novel sebelumnya, secara fisik. Ika masih menghadirkan karakter-karakter super adorable, karakter yang pasti buat cewek pengen dijadiin suami, siapa coba yang nggak pengen punya suami kayak Ale, ganteng, mapan, agamanya bagus, sayang banget sama Anya, sama orang tuanya, and so on and so on. Dan karakter yang bikin cowok pengen dijadiin istri. Kaya Anya ini. Cewek-cewek yang walaupun high class tapi keibuan, sayang sama keluarganya, dan cantiknya nggak ketulungan.
Sayangnya di ending pembaca harus nentuin sendiri gimana jalan ceritanya. Atau mungkin sama Ika mau dibikin sekuelnya kayak Twivortiare. Semoga aja sih iya hehehehe
After all, aku suka banget novel ini. Tapi favoritku masih antologi rasa sih, ada Harris Risjad sih di Antologi rasa hehe hehehe, soalnya yang satu ini agak lebih serius padahal aku baca novel pengen buat hiburan
Q: Kenapa pengen beli buku ini?
A: Awalnya tertarik beli buku ini karena ada nama Ika Natassa di covernya dan ada gift lucu gitu. Sedih gak dapet giftnya. Tapi, tenang aja, cerintanya sama sekali nggak mengecewakan kok.
Q: Kenapa nggak dapet giftnya?
A: Ini ni jawaban kak Ika
And she's very humble, though.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar