Beberapa waktu terakhir ini sering ada orang yang menceritakan kisah hidupnya. Tidak ada yang salah bukan. Oh, tentu tidak. Orang yang bercerita itu punya berbagai tujuan. Kadang, mereka ingin diberi solusi, nasihat, jalan keluar, perspektif lain, whatever you name it. Terkadang, mereka bercerita karena ingin mendapat dukungan atas keputusan yang telah mereka ambil, in the name of easing their mind, karena mungkin assurance dari orang lain itu penting untuk membuat mereka bisa melangkah ke depan dan tidak mempertanyakan lagi apakah keputusan yang mereka ambil telah benar. Agar dia tahu bahwa there are people in his/her side.
Tapi, terkadang, orang bercerita hanya karena ingin didengar. Dan, perkara menjadi pendengar ini bukan perkara mudah. Idealismemu, pandanganmu, pengalamanmu, cerita hidupmu, seluruh hal dalam dirimu yang menjadikanmu kamu. Mereka berlomba-lomba ingin meluncur dari mulutmu. Entah siapa yang akan menang--idealisme, prejudice, pengalaman--, padahal yang mereka inginkan hanya untuk didengar. Mereka mungkin tidak peduli dengan pengalamanmu, idealismemu, kisah hidupmu. They don't want to know your story, they don't care. If I have this much of a problem why do I have to bother to listen to yours, right?
It's not a fucking competition, babe. Simply, listen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar