Pembaca
tersayang,
Banyak
jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta.
Robin
Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita cinta dari
Kota Tujuh Bukit.
Leonardo
Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu hadir. Sosok
yang datang bersmaa cahaya dari balik sela-sela gereja Saint Agnes. Hangatnya
menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit Kota Roma. Namun,
bagaimana jika ia juga membawa luka?
Leo
hanya ingin menjadi cahaya, mengantar perempuan itu menembus gelap masa lalu.
Mungkinkah ia percaya?
Sementara
sore itu, di luar ruangan yang dipenuhi easel, palet, dan kanvas, seseorang
hadir untuk rindu yang telah menunggu.
Setiap
tempat punya cerita.
Roma
seperti sebuah lukisan yang bicara tanpa kata-kata.
Enjoy
the journey
Editor.
-------------------------------------------------
Leo bertemu dengan
Felice karena sebuah insiden yang hampir membawa reputasi buruk baginya dan
bagi galeri tempat pameran itu berlangsung. Pasalnya kejadian seperti itu belum
pernah terjadi sebelumnya. Leo menyelenggarakan pameran lukisan di Roma akibat
bantuan dari temannya-Francesco.
Setelah insiden itu,
takdir membawa Leo kembali bertemu dengan Felice ketika Felice pulang ke
Indonesia. Di Indonesia, rasa itu mulai tumbuh. Rasa nyaman ketika Felice
menemukan Leo, rasa nyaman yang hadir ketika Felice tidak tahu kemana akan
melangkahkan kaki tapi justru melangkahkan kaki menuju Leo.
Felice yang sudah
memiliki pacar Italian dan Leo yang sudah memiliki pacar orang Indonesia justru
nyaman ketika bersama. Dan takdir membawa mereka bertemu untuk yang ketiga
kalinya di Roma ketika Leo akan mengadakan pameran lagi keliling Eropa. Di pertemuan
ketiganya ini, Leo meminta Felice untuk menemaninya keliling kota Roma mencari
insipirasi.
Tapi, perjalannya dengan
Felice justru membuatnya menemukan wanita itu, wanita dari lukisan yang tidak
akan pernah dijualnya sampai kapanpun. Wanita yang hadir ketika warna merah
senja mengisi kota Roma. Wanita yang dilukis kakeknya, wanita yang berdiri
didekat gereja Saint Agnes.
Wanita yang
akhir-akhir ini mengisi pikirannya. Wanita yang mengalihkan pikirannya dari Marla. Hingga
akhirnya, suatu sore Marla datang ke Roma tanpa sepengetahuan Leo, membawa
rindu yang mendalam, membawa cinta yang tercampakkan.
Marla tahu ada yang tidak beres dengan Leo, karena Marla terlalu mengenal
Leo. Marla tahu, wanita dalam sketsa Leo yang ia temukan di Jakarta. Marla juga
tahu seberapa berartinya wanita itu bagi Leo. Namun, sayangnya wanita itu
justru meninggalkan Leo ketika Marla sudah merelakan Leo demi wanita itu.
Tapi,
pada akhirnya cinta akan berawal dan berakhir ditempat yang sama. Karena
begitulah, akhirnya Leo bersatu lagi dengan Felice meskipun Felice sempat salah
paham dengan Marla. Pada hari ketika Leo menggelar pameran tunggalnya di Roma,
Felice datang dan Marla menjelaskan semuanya. Karena pada akhirnya Leo telah
menemukan jalan menuju Felice. Di akhir
cerita, Marla mendapat kado dari James, teman Leo dengan sebuah undangan yang
ia tulis sendiri, dan akhirnya Marla tahu dia akan memenuhi undangan itu. Suatu hari nanti. ---------------------------------------------------------
Novel ini bersetting di Roma (udah jelas sih) tokoh utamanya namanya Leonardo Halim dan didampingi sama Felice.Tapi enggak tahu kenapa aku justru lebih suka sama Marla daripada sama Felice dan kesannya jadi Felice yang ngerebut Leo dari Marla. Marla itu benar-benar menakjubkan dia disini dilukiskan sebagai seseorang yang matang secara emosional dan sangat dewasa. Pengen deh bisa kayak Marla. Seandainya aja ada semua orang sedewasa Marla pasti dunia bakal damai. Sebenernya sih menurutku ide ceritanya standar tapi enak dibaca, soalnya pindah-pindah tempat. Sayangnya aku agak bingung sama ceritanya soalnya bahasanya puitis banget. Dan menurutku nggak ada sesuatu yang bikin suprise dan bertanya-tanya *duh maaf* tapi novel ini cukup bisa dinikmati kok dan ada quote-quote dengan kata-kata manis. Apalagi, penulisnya cari tempat yang enggak mainstream itu susah loh buat bisa booming. Jadi ya, so far so good.
---------------------------------------------------------------------------
Quote yang paling bagus:
Kenapa kita membenci seseorang? karena sering kali kita menaruh cinta yang begitu besar dan lupa akan risiko dikecewakan. Padahal, cinta menerima segalanya. Cinta menerima kekurangan dan kelebihan, Felice.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar