Minggu, 23 April 2017

Nama

Karena dia telah mencintai begitu dalam lalu diputuskan dalam diam.
Aku pernah membaca dalam suatu novel karya penulis idolaku, "Pain is universal. But the way we react to it is very personal."
Jadi dia begitu. Aku juga begitu. Kami sama-sama menutup diri.
Tapi kami tidak menutup diri dengan cara yang sama. Dia menenggelamkan diri dalam pekerjaan, hidup bersama teman-teman lelakinya dan menganggap tidak ada wanita yang cukup baik untuknya.
Sedangkan aku? Oh aku masih sama. Hidup dari waktu ke waktu, tertawa seperlunya dan pulang merasa hampa tapi tidak melakukan apa-apa untuk mengisinya. Yang kulakukan hanya menyibukkan diri, mungkin itu yang sama antara aku dan dia, mencoba membunuh waktu yang kian mencekik.
Kami berbagi luka yang sama, namun tidak saling menyembuhkan. Kami berjuang sendiri-sendiri dan telah berhenti saling bercerita tentang luka yang telah lama mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar